INFOSOSIAL.ID–Komisi IV DPRD Kota Bandarlampung mediasi bersama pihak Rumah Sakit (RS) Hermina, BPJS Kesehatan Kota Bandar Lampung, dan Dinas Kesehatan terkait pelayanan di Rumah Sakit Hermina yang kurang baik.
Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandar Lampung, Rizaldi Adrian mengatakan, kami mendengar keluhan – keluhan masyarakat karena ada isu bahwa pelayanan di Rumah Sakit Hermina kurang baik.
“Pada intinya kami dari DPRD Kota Bandarlampung mendengar keluhan dan isu – isu masyarakat Kota Bandarlampung,” kata Rizaldi Adrian saat di ruang rapat DPRD Kota Bandarlampung, Jumat (20/5/22).
Rizaldi menjelaskan, semoga hal – hal seperti ini tidak terjadi lagi kepada Rumah Sakit yang ada di Bandarlampung, dan untuk pihak Dinkes jangan sampai tidak ada komunikasi kepada pihak Rumah Sakit.
Tabrakan Antara Isuzu Panther dan Sepeda Motor, Dua Orang Luka Berat
“Dengan kejadian seperti ini kami juga akan melakukan kunjungan langsung ke pihak Rumah Sakit agar tidak terjadi lagi keluhan masyarakat terkait masalah pelayanan,” jelasnya.
“Alhamdulillah di pagi hari ini kita bisa bersilaturahmi dan di dalam silaturahmi ini kita bisa saling kenal, masalah ini tidak akan besar apabila komunikasi kita saling terjalin. Karena pasien ini pengen di manusiakan,” kata Ali Wardana.
“Kami mencoba untuk mencari jalan tengahnya, dari fakta yang disampaikan bahwa dari Dinas Kesehatan telah melakukan pengawasan. Pengawasan seperti apa yang sudah dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan, karena setiap tahun Dinas Kesehatan ada dananya,” kata Ali Wardana.
Ali melanjutkan, Dinas Kesehatan tidak serta- merta mengeluarkan ijin kesehatan, kalau dari awalnya ketat maka tidak akan tidak terjadi seperti ini.
“Kami tidak pernah lihat action dinas Kesehatan Kota turun ke lapangan,” jelas Ali.
Ali menjelaskan, tujuan buat Rumah Sakit ini adalah tujuan yang mulia, pertangung jawaban bukan hanya di dunia, tetapi dunia dan akhirat yang akan kita dapat. Karean tujuan kita membantu masyarakat masuk Rumah Sakit keluar sehat.
Dimasa Pandemi, Polsek Teluk Betung Selatan Lakukan Patroli Tempat Hiburan Malam
“Pelayanan – pelayanan Rumah Sakit Hermina kurang baik dan harus dikoreksi, semoga kedepan pelayanan di Rumah Sakit Hermina bisa di perbaiki,” tegas Ali.
Dan kenapa setiap kamar di kelas satu isi orangnya ada dua, karena kelas satu setau saya orangnya hanya satu. “Apakah aturan itu aturan Rumah Sakit apa aturan dari BPJS nya,” jelasnya.
Kemudian menurut Kuasa Hukum korban Syech Hut Ismail menjelaskan, untuk BPJS Kesehatan ketika ada aturan yang dilanggar maka harus segera dipertegas.
“Kami hanya ingin manusia di manusiakan dan komunikasi, karena waktu itu pihak Rumah Sakit Hermina ada yang menemui saya,” ucapnya.
Kalau memang ada yang perlu diselesaikan, lanjut Ismail, ya selesaikan dengan pihak korban, karena pihak korban sekarang sudah menyerahkan sepenuhnya kepada saya.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Hermina Bandar Lampung dr. Dede Suhendar menyampaikan, kami akan berkoordinasi dulu dengan dokter penanggung jawabnya, kemudian kita akan melakukan mediasi jangan sampai keranah hukum.
“Kedepannya kita tetap menjalin silaturahmi dan hal seperti ini harus diluruskan dan harus diperbaiki,” kata dr. Dede Suhendar saat mediasi bersama Komisi IV DPRD Kota Bandar Lampung.
Managemen RS Hermina Bandar Lampung Bantah Tudingan.
Kasus Pembunuhan Bos Konter Kabupaten Kotaagung, Keterangan Ahli Bantah Alat Bukti dan Saksi
Managemen RS Hermina Bandar Lampung bantah tudingan tidak profesional dalam menangani pasien.
Manajer Pelayanan RS Hermina Bandar Lampung dr Evi Ayu mengakui adanya kesalahpahaman dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien yang tampak mengabaikan pelayanan dan hak guna kenyamanan pasien saat dirawat.
Karena, pihak keluarga pasien Damsyik Ujang yang merupakan warga Kaliawi, Tanjungkarang Pusat diketahui masih dalam kondisi sakit namun tanpa konfirmasi pihak keluarga si pasien dinyatakan telah sehat dan diminta pulang oleh pihak RS Hermina yang baru dua hari dirawat di rumah sakit tersebut.
Pihak keluarga pasien merasa kecewa dikarenakan saat pasien sedang sendirian dalam kondisi dirawat didatangi oleh perawat dan menyampaikan akan dilepasnya alat bantu kesehatan seperti selang kateter dan infus pasien.
Disinggung soal penggunaan BPJS oleh pasien yang kemudian naik ke kelas I, pihak rumah sakit membantah. “Kami melayani penggunaan BPJS dan pasien pada saat pelepasan infus dan kateter itu sudah stabil berdasarkan DPJP,” Evi, seraya mengatakan bahwa pada hari alat dilepas, dokter visit sudah datang.
Sementara, dikonfirmasi terpisah, ditemui di salah satu rumah sakit swasta di Bandarlampung, Ari, eks pasien RS Hermina ini mengungkap bahwa dr. Dobi selaku Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP)pada saat dirinya dirawat di RS Hermina, adalah dokter yang juga bertugas di Menggala.
“Besok saya mau ke Menggala jadi besok bapak sudah bisa pulang,” ujar pasien menirukan perkataan dr. Dobi yang diduga kuat menjadi alasan si pasien diminta pulang, meski kondisi pasien belum sehat.
Hal ini diperkuat juga pada saat pasien masuk ke rumah sakit lain, di hari yang sama. Suhu tubuh dan gula darah pasien tinggi, disertai tipes.
“Memang malam harinya, ayah saya gak bisa tidur, suhu tubuhnya tinggi (pada saat dirawat di RS Hermina) dan tiba-tiba besoknya(Rabu, 11 Mei 2022), saya dapat kabar ayah saya sudah bisa pulang, dan perawat melepas selang infus dan kateter,” ujar Ari, Jumat (13/5/2022).
Terungkap pula, bahwa pada saat pasien dipulangkan dari RS Hermina, pada Rabu (13/5/2022), tidak ada dokter visit yang datang memeriksa. Hal ini berbeda dengan pernyataan dr. Evi saat ditemui di RS Hermina.
“Tidak ada dokter visit yang datang pada saat ayah saya dilepas alatnya,” tandas Ari.
“Apa yang dilakukan pihak RS Hermina tidak profesional, dan mengabaikan hak pasien, ini pasien masih dalam kondisi sakit kok disuruh pulang,” beber Ari.
“Saya juga menulis ulasan di Web RS Hermina terkait pelayanan yang dialami ayah saya, tapi ulasan itu dihapus,” ucapnya.
Sebelumnya diinformasikan, ada pasien bernama Suhaimi dari media Targetnewslampung.com yang meninggal dunia di RS Hermina Bandarlampung, (10/5/22).
4 Remaja Berkeliaran Pakai Jubah Putih dan Kaca Mata Hitam di Tanggamus
Ketika pihak RS Hermina disinggung terkait apakah ada penanganan pada pasien sebelum pasien wafat, hal itu karena saat pasien berada di ruang ICU dan keluarga sedang tidak ada berada di tempat.
Kemudian pihak RS Hermina memastikan telah melakukan sesuai prosedur. “Kalo untuk di ICU kan satu banding satu, untuk satu pasien didepannya ada perawatnya” ujar Evi Ayu.
Evi memastikan pelayanan tersebut telah dilakukan pihak RS Hermina dikarenakan terpantau dalam CCTV di ruang ICU.
Evi mengatakan CCTV tidak dapat dilihat karena ada kerahasiaan, jika pihak keluarga ingin melihat pasien ketika meninggal di ICU melalui CCTV pihak keluarga pasien harus melalui prosedur dengan menyurati pihak RS.
“Kalo untuk itu gak bisa diliatin, karena ada kerahasiaan informasi, untuk keluarga pasien bersurat aja pak” pungkasnya.
Kinerja Disoal
Kinerja RS Hermina Bandar Lampung disoal.
Keluarga pasien RS Hermina, Enggal, Bandar Lampung keluhkan pelayanan rumah sakit swasta tersebut yang dinilai tidak profesional dalam menangani pasien.
Pihak rumah sakit dituding mengabaikan kesehatan pasien yang masih dalam kondisi sakit dengan melepas alat kateter dan selang infus di tubuh pasien dengan alasan yang simpang siur.
Ari anak pasien mengaku, ayahnya, M Damsyik Ujang masuk di RS Hermina pada Senin (9/5) karena diabetnya tinggi, dan pada Rabu (11/5) pagi pihak perawat melepas kateter dan selang di tubuhnya.
“Tanpa terlebih dahulu menghubungi saya sebagai keluarga, alasan perawat disuruh oleh Dokter Dobi karena kondisi ayah saya sudah stabil,” ujar Ari, Rabu (12/5).
Ia mengaku sempat dihubungi oleh keluarga yang lain lantaran alat yang melekat di tubuh ayahnya, dilepas, Ari pun bergegas menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Ari menanyakan alasan dilepasnya alat kateter dan selang infus kepada perawat, dan anehnya jawaban perawat berbeda pada saat ditelpon.
Kata Ari, saat ditemui, alasan pihak RS Hermina pasien mau diobservasi sehingga alat harus dilepas.
“Jawaban perawat berbeda pada saat komunikasi lewat telpon. Ini kan aneh, dan kenapa mereka maen lepas alat tanpa memberitahukan keluarga pasien dan seolah disuruh pulang padahal pada malamnya gula ayah saya tinggi,” bebernya.
Dengan kondisi ayahnya yang sudah tanpa alat, dan terlihat drop, Ari pun tanpa berpikir dua kali segera memindahkan ayahnya ke rumah sakit lain guna mendapat pelayanan kesehatan yang lebih profesional.
Zulkifli Hasan Angkat Bicara Soal Isu Partai PAN-Golkar-PPP Capreskan Anies Baswedan
“Saya sempat dihubungi oleh pihak rumah sakit, oleh Bu Evi bagian pelayanan tapi saya sudah kesal dengan tindakan pihak rumah sakit yang saya nilai sangat tidak profesional, buat apa saya bertahan di rumah sakit tersebut, ayah saya disuruh pulang, alatnya aja sudah dilepas semau mereka,” pungkasnya