CelotehGaya HidupNewsPolitik

Airmata Angelina Sondakh: Mata-Air Komoditas Politik dan Kunci Kotak Pandora

×

Airmata Angelina Sondakh: Mata-Air Komoditas Politik dan Kunci Kotak Pandora

Sebarkan artikel ini

Oleh: Andre Vincent Wenas

 

Baru saja bebas, Angelina Sondakh (Angie) “ditangkap” Rosi Silalahi. Ia pun manggung di Kompas TV. Tangisannya ikut memburai air-mata banyak pemirsanya, terutama mungkin kaum perempuan.

Catatan: berdasarkan data KPU pada pemilu 2019 lalu, tercatat pemilih perempuan lebih banyak dari laki-laki! 92,9 juta versus 92,8 juta! Apakah sedu-sedan Angie bisa jadi komoditas politik? Silahkan tafsirkan sendiri.

“Saya takut, anak saya mesti selamat, saya memang salah, saya memalukan, saya menyesal, saya mau minta maaf pada SBY, DPR era saya itu kotor, dst.” Kira-kira begitulah. Sampai-sampai Rosi perlu minta pada crew untuk ambilkan tissue demi mengusap air-mata Angie yang berlelehan.

Iya, Angie ada bilang juga bahwa DPR di eranya itu kotor. Kompas.com 03/04/2022 beri judul: “Angelina Sondakh: DPR di Era Saya Sangat Kotor”.

Tapi Angie, sebelumnya ada laporan juga dari Kompas.com (04/09/2019) bahwa : “Anggota DPR Terpilih Terdiri dari 50,26 Persen ‘Wajah Lama’…” Jadi gimana dong? Apakah bakal ada perubahan? Apakah yang 49,74 persen lainnya itu juga bersih semua?

Kisah sedu-sedan Angie itu pun viral. Emosi dan rasa empati publik terusik. Bayangkan, seorang perempuan, janda, single-mom, ada terpersepsi juga sebagai “yang dikorbankan” dalam skandal “candi hambalang”, tapi yang kemudian ia pun telah lunas menjalani hukumannya.

Ia keluar dari penjara, dan sampai-sampai mau minta maaf pula kepada SBY. Apa lagi yang kurang? “Pengakuan dosanya” di hadapan publik itu memang dramatis dan mengharu-biru.

Air mata dari Angie itu mungkin saja bakal terus diikuti tetesan air-mata jutaan kaum perempuan (juga kaum lelaki) seantero dapil. Dan tatkala momentumnya sampai, mungkin saja jutaan tetesan itu bermetamorfosis jadi air bah yang mampu menyapu serta memporak-porandakan banyak brankas pejabat dan tokoh parpol.

Oleh sementara kalangan, air-mata Angie bisa diperlakukan sebagai “mata-air politik”. Jadi semacam komoditas politik yang cukup seksi.

Rasa-rasanya sih sudah ada pihak-pihak tertentu yang mulai menyeruput dari mata-air itu demi memuaskan dahaga politiknya. Kita pantau siapa-siapa saja yang bakal mereguk dari mata-air air-mata ini.

Apakah itu salah? Ya tidak juga sih, begitulah politik, seperti karet busa (spons) yang mampu menyerap apa saja ke dalamnya untuk kemudian dikonversi menjadi komoditas politik sesuai kepentingannya.

Konversi menjadi komoditas kepentingan politik itu pun sekaligus menjadikannya semacam kunci pembuka kotak pandora. Kotak yang bakal mengeluarkan banyak ular beludak dari dalamnya.

Yang penting khan kepentingannya itu tidak merugikan rakyat. Bahkan justru bisa membongkar banyak skandal kebohongan, sekaligus demi menguak kebenarannya. Apa sih yang sebetulnya terjadi? Siapa saja sih yang…?

Jadi ya kepentingan seperti ini memang penting. Maka, kepada para peselancar: lanjutkan!

Dan buat Angie, tetap semangat, lalu sekali lagi: katakan tidak pada… mereka yang mau menghambatmu!

Maka, lanjutkan juga!

04/04/2022
*Andre Vincent Wenas*, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis (LKS) PERSPEKTIF, Jakarta.

Tinggalkan Balasan