Saraswing Tundayani sudah cukup terkenal dalam dunia gelap gempita, apalagi latar belakangnya yang yang digadang – gadang berasal dari keturunan dinasti penguasa daerah 4 periode membuat orang-orang menyeganinya.
Saraswing Tundayani cukup menguasai dunia malam di kota Bede Lampu, kota terkenal bahagia dengan sejuta lampu yang kerlap-kerlip kini siap jadi panutan menjadi Cawabup di kota dengan tugu serebubambu.
Usai melewati pertapaan tuntutan pendidikan, saraswing mesti menunggu dirinya cukup umur sesuai aturan tertinggi Negara Kenosia secara mendadak baru-baru ini untuk dipersiapkan turun dalam dunia kekuasaan sebagai penerus dinasti dimana paman dan orangtuanya puas menguasai kota Lambrat berjilid-jilid.
Topik ini menjadi hangat di pojok-pojok warung kopi mami yanti, “Penguasa dinasti Lambrat sekarang kabarnya sedang meluncurkan produk barunya bernama Saraswing, mereka sekarang mau ekspansi ke Kota Serebubambu”ujar Wo Nuy membuka obrolan.
Tiba-tiba Udo Awi sambil menyambar kopi berceletuk bahwa saras pernah jadi temen ‘nongkrongnya’ didunia hiburan malam. “Dulu, gue sering nongkrong bareng dia, temen gue temennye dia. Kami nongkrong disalahsatu tempat hiburan di kota Bede Lampu, kami parti (istilah pesta diskotik: red) bareng” celotehnya.
Keluarga dinasti itu diakui kepiawaiannya ‘bermain’ dalam dunia kekuasaan di Kota Lambrat. “Bayangin aja, ada apa di Kota Lambrat sampe-sampe Bapak sama Pamannya berambisi menguasai Lambrat selama 4 periode ini” ujar Ngah Ibung sambil menghisap rokok melalui pipa sedotan panjang.
Bang Junet yang lulusan master hukum mengatakan bahwa fenomena ini kerap muncul dan sulit dipungkiri kenyataanya bahwa jaman dulu pewarisan kekuasaan ditunjuk langsung, sekarang bisa lewat jalur politik prosedural.
“Dinasti politik harus dilarang dengan tegas, karena jika makin maraknya praktik ini diberbagai pemilihan kepala daerah atau eksekutif dan pemilihan legislatif, maka proses rekrutmen dan kaderisasi di partai politik artinya tidak berjalan atau macet” tegasnya.
Diterangkan juga oleh pak Erte, dinasti politik yang menganut sistem reproduksi kekuasaan yang primitif karena mengandalkan darah dan keturunan dari hanya beberapa orang tersebut berpotensi menimbulkan petaka besar buat daerah tersebut.
“Jika kuasa para dinasti di sejumlah daerah bertambah besar, maka akan kian marak korupsi sumber daya alam dan lingkungan belum lagi ditambah kebocoran sumber-sumber pendapatan daerah parahnya lagi jika terjadi penyalahgunaan APBD dan APBN di daerah itu” terangnya.
Wing atau saras panggilan akrabnya memperdalam ilmunya di dunia malam gemerlap mencari kebahagiaan dan kesenangan, hingga akhirnya menemukan misi politik untuk membahagiakan dan menyenangkan.
“Kemaren dia mundur dari pencalonan sebagai wakil rakyat alesannya mau ngurus bisnis keluarga, rupa-rupanya ‘bisnis keluarga’ yang dimaksud ini, jadi penguasa daerah” ujar Ngah Ibung sambil tertawa.
Dikatakan Om Bewok, sebelumnya ada kakak dari saras sudah duduk mewakili rakyat 2 periode dan kini muncul produk barunya yang menampilkan berbagai aktifitas Saras di siang hari mulai gencar dilakukan dan diposting diberbagai laman media sosial.
“Masyarakat Kota Serebubambu aslinya gak tau latar belakang anak ini, apalagi dunia pesta gelap malamnya. Taunya anak ini anak bungsu mantan penguasa Lambrat, yang kalo kemana-mana jual nama Bapaknya”. Ujar om ewok.
Udo Awi yang terus menyimak obtolan mengatakan produk baru bernama Saras ini muncul sudah sesuai aturan tertinggi yang berlaku meski baru saja dibuat alias dadakan.
“Saras yang sedang asyik berada ditengah pesta poranya dunia malam dituntut mesti hadir ditengah-tengah orang-orang saat terang hari matahari bersinar dan membahagiakan mereka, orang laper, orang miskin, orang pusing, orang sakit aja bisa lupa kalo mereka susah asal dibahagiain” candanya.
Dikatakan Syeh Rial, Saras anak perempuan kesayangan terakhir dan paling muda dari penguasa Lambrat pun mulai bangun dari tidurnya usai berpesta pora bersama Kapten Margon dan Dije seorang pemusik yang digadang-gadang adalah pasangan spesialnya.
“Hati-hati, akibat banyak begadang sama Kapten Margon dan Dije, Kota Serebubambu bisa goyang sama pemimpi yang baru bangun alias ngigau alias ngomong sambil tidur, itu akibat terlalu akrab sama kapten margon”ujarnya sambil tertawa ngakak.
Syeh Rial yang religius baru saja bergabung di warung kopi akhirnya ikut nimbrung dalam obrolan. “Hati-hati sama politik bahagia dugemisasi, awasi jalur keluar masuk transaksi keuangan, baik bank daerah maupun bank luarnya tuh, jangan ketipu sama sosoknya, liat jejak rekam latar belakangnya” singkatnya. (*)