DaerahNewsPemerintahan

Ekskavator Maut di TPA Bakung Hantam Pemulung Hingga Tewas Disaksikan Bhabinkatibmas

×

Ekskavator Maut di TPA Bakung Hantam Pemulung Hingga Tewas Disaksikan Bhabinkatibmas

Sebarkan artikel ini

REAKSI.CO.ID—–Ekskavator membawa maut yang kemudikan Nawir yang diduga kuat mengalami kelalaian kerja hingga mengakibatkan salah satu warga Kelurahan Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat, Neneng Asmawati (37) yang berprofesi sebagai pemulung di TPA Bakung tewas ditempat.

Suami korban, Abdul Majid, menceritakan kronologi tragis yang menimpa istrinya, kejadian itu terjadi pada 27 Februari 2024 sekitar pukul 11.00 WIB. Berawal saat dirinya bersama Neneng sedang mulung di tempat biasa mereka mengais rejeki.

Saat sedang mencari barang bekas, alat berat itu berada cukup jauh dari mereka bekerja dan berarah berlawanan dan sempat berhenti. Tak berselang lama Abdul lantas berjalan menuju ke gubuk tempat biasa mereka beristirahat yang jaraknya kurang lebih 20 meter dari tempat kejadian.

“Belum saja saya duduk digubuk dan lagi naruh rongsokan, tiba-tiba orang rame berteriak dan eksavatornya sudah jalan muter dan katanya ada orang yang ikut terkeruk dan masuk dalam buket (alat keruk ekskavator-red) kemudian saya mendekat dan mengetahui saat isi buket di turunkan. Saya sampe ngga percaya itu istri saya yang ada di dalam bersama tumpukan sampah dalam keadaan sudah tidak sadar,” kata Abdul Majid, Kamis 7 Maret 2024.

Kemudian Abdul bergegas membawa istrinya ke RSUD Dr. a. dadi tjokrodipo sehingga mendapati keterangan yang memilukan jika istrinya sudah tidak lagi bernyawa.

“Karena saya kurang percaya keadaan istri saya yang di tempat kejadian ngga ada denyut nadi lagi, saya bawa ke rumah sakit daerah Kota Bandar Lampung katanya istri saya sudah meninggal dan kemungkinan meninggal di tempat kejadian,”ujarnya.

Sehari sebelum kejadian tepatnya 26 Februari 2024. Nawir operator alat berat maut itu sempat bercanda dengan mengarahkan alat keruk ekskavator ke arah istrinya seakan ingin mengeruk.

“Sehari sebelum kejadian, istri saya sempat menegur sama supir ekskavator itu karena mengarahkan buket itu ke istri seakan mau mengeruk dan setelah itu Nawir minta maaf katanya bercanda,” tambah Abdul.

Tambah Tohir selaku ponakan Abdul, setelah dari rumah sakit pihak kelurahan, Bhabinkatibmas dan Kepala UPT yang mengetahui kejadian itu lantas hadir ke rumah duka dan keluarga sang sopir ekskavator meminta agar tidak dilaporkan dan di selesaikan secara kekeluargaan.

Kemudian keesokan harinya setelah pemakaman Lurah, Kepala UPT dan Bhabinkamtibmas kembali datang dengan membawa dan memberikan beras beserta uang santunan dari walikota Bandar Lampung sebesar Rp15 juta.

“Besoknya setelah kejadian, mereka datang lagi membawa dan memberikan beras berserta uang santunan sebesar Rp. 15 Juta rupiah dari Walikota Bandar Lampung. Dan di Tanggal 5 Maret 2024 kemaren keluarga pelaku datang ke rumah kita dengan membawa Kepala UPT, RT, Lurah dan Bhabinkatibmas minta ngobrol secara kekeluargaan,”Kata Tohir.

Lanjutnya, dari pertemuan itu pihak keluarga pelaku menawarkan uang sebesar Rp. 5 juta rupiah yang di tolak oleh keluarga korban. “Dengan beberapa pertimbangan dan Kesan yang dibawa seakan persoalannya sepele makanya keluarga kita menolak,”ujarnya.

“Saat obrolan itu ada kepala UPT yang tak lama langsung pergi dengan alasan kalo belum selesai secara kekeluargaan mereka tidak mau di sini. Makanya saya bilang pak kami tidak pernah mengundang bapak-bapak disini katanya mereka mau datang makanya kami terima sebagai tamu dan ngga ada obrolan perdamaian yang di bahas buat pertemuan hari ini,”ungkapnya.

Dan karena kita jenuh dari awal gelagatnya menyelepelakan persoalan padahal sudah jelas ada korban jiwa, akhirnya kita berencana buat laporan ke pihak yang berwajib dan tadi pagi, Kepala UPT menemui keluarga kami minta di selesaikan secara kekeluargaan dan menaikan tawaran.

“Mereka ngomong ini ada bawa beras dan bingkisan, ini bantuan pribadi saya kata Kepala UPT nya saya minta maaf nanti saya sampaikan dengan keluarga pelaku supaya ini cepat selesai, kalopun pelaku tidak mau silahkan dilaporkan dan pihak UPT siap menjadi saksi,”

Kemudian sekitar jam 2 siang pelaku datang ke rumah ngomong perdamaian dan menawarkan lagi uang dan naik menjadi Rp.10 Juta dengan maksud agar urusan itu tidak ke ranah hukum.

“Kata saya keluarga saya mau musyawarah dulu dan sore habis asyar kita tunggu dirumah dan datanglah mereka dan nawarin duit Rp 10 juta tadi dan ngomong kalo memang mentok yaudah laporin aja kata pelaku. Itu yang bikin ngga enak kayak nantang hukum, makanya kami datang ke Kantor Gindha Ansori Wayka ini untuk konsultasi dan serah kuasa,”jelas Tohir.

Dan harapannya dengan dibantu Gindha Ansori Wayka selaku kuasa hukum, kami bisa mendapat keadilan dan tidak di sepelekan karena keterbatasan ekonomi paman saya sehingga segala sesuatu bisa dinilai dengan materi. (*)

error: Content is protected !!