Kisah Bima ‘Sakti’ dan Kerajaan Sago Ago jadi Nyata

Kisah Bima 'Sakti' dan Kerajaan Sago Ago jadi Nyata

IMG 20230421 040706 Kisah Bima 'Sakti' dan Kerajaan Sago Ago jadi Nyata
Kisah Bima 'Sakti' dan Kerajaan Sago Ago jadi Nyata (Foto Repro Reaksi.co.id)

Kisah Bima ‘Sakti’ dan Kerajaan Sago Ago jadi nyata, membuat reaksi yang cukup menggelitik pada 2 malam terakhir puasa bulan suci ramadan menjelang hari raya lebaran atau Idul Fitri 1444 Hijriah pada tahun 2023 Masehi seperti yang telah ditentukan dalam sidang Isbat oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Kisah Bima ‘Sakti’ dan Kerajaan Sago Ago jadi nyata, seolah terefleksikan seperti kisah pewayangan yang menjadi nyata, dimana Bima yang dikenal kuat juga memiliki suara yang cukup menggelegar sehingga dapat menggetarkan seantero jagat nyata dan maya.

Selain ciri khas ‘mahkota’ di kepalanya, Bima sakti dikenal memiliki suara yang cukup kuat dan lantang meski tidak memiliki maksud untuk menantang namun dikeluarkannya berdasarkan ketidakadilan dan ketidakpuasan atas kemajuan pada kerajaan di daerahnya yaitu kerajaan Sago Ago.

Seperti pewayangan, ciri khas lainnya dari Bima salah satunya adalah bersifat kasar hingga menakutkan bagi musuhnya, walaupun sebenarnya hatinya lembut seperti kisahnya dalam Mahabharata, namun jangan dilupakan Bima ‘Sakti’ dalam kisah pewayangan telah membunuh Raksasa, setelah pertarungan berlangsung lama.

Dikutip dari salah satu cerita pewayangan, Bima meremukkan tubuh raksasa yang dikenal dengan sebutan Bakasura, lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu gerbang Ekacakra. Gerbang itu sendiri mungkin dapat di deskripsikan pintu politik pada akhir tahun 2023 hingga tahun 2024 seantero jagat.

Gokil abis, mungkin itu apresiasi anak muda seumuran Bima, perkataan Bima mengundang reaksi jutaan warganet seantero jagat, dimana akhirnya para warga dan warganet berbondong-bondong ikut mendukung bima dengan cara turut ‘memuntahkan’ kekesalannya pada sang raja dan jajarannya yang mana hingga kini warganet pendukung bima masih ‘Mendelik’ matanya kesana dan kemari.

Namun, meski terhembus ‘kentut’ atau angin kurang mengenakan, yaitu adanya tekanan terhadap keluarga Bima yang tinggal di kerajaan tersebut, bima masih tegar dan ‘kentut’ itu juga ditangkis dengan mudah oleh pihak kerajaan.

Bima ‘Sakti’ adalah ‘aset berharga’, sebenarnya tak hanya ‘menampar’ kerajaan, namun jika diperhatikan aksi bima juga ‘memukul’ banyak eleman dan golongan seperti ribuan orang terpelajar di daerahnya, para pengamat, para lembaga sosial yang mengontrol dan mencermati Kerajaan Sago Ago yang biasa memberikan ‘nasehat’ pada kerajaan ‘lewat’ cukup dengan seorang Bima ‘Sakti’.

Bima ‘Sakti’, awalnya hanya mengurai atau mengulas sedikit permasalahan “mengganjal” yang ada di kerajaannya. namun, efeknya banyak yang terkuak oleh warganet maupun warga kerajaan yang berbondong-bondong turun mencari dan mendokumentasikan berbagai fakta di Kerajaan Sago Ago seperti jalan, gedung, pendidikan hingga aksi Hedonisme para pejabat dan kerabat kerajaan.

Namun cukup disayangkan, para warga Kerajaan Sago Ago dan warganet terlena dan tidak fokus pada tanggungjawab Kepala Pejabat ‘Jalan’ yang biasa membagikan, mengerjakan atau melaksanakan perbaikan infrastruktur jalan kerajaan.

Kembali lagi, Kerajaan Sago Ago tidak menganut sistem demokrasi karena memang dasarnya kerajaan. Perihal kurang ‘sedap’ sempat mencuat, dimana ‘antek’ kerajaan sempat melaporkan untuk menuntut Bima ‘Sakti’ dengan maksud mengadili mungkin dengan tujuan membuat efek jera dengan dipenjara, warganet juga sempat mengungkapkan keterlibatan ‘pembela’ atau mereka sebut ‘antek’ raja dalam beberapa jejak digitalnya.

Kekuatan Bima ‘Sakti’ dianggap remeh, hal itu tentu membuat reaksi ‘Auto Defense’ atau kemampuan bertahan secara otomatis pada jajaran bima, dimana Kerajaan Pusat dan jajaran langsung ‘menyelamatkan’ bima dan muncul banyak ‘ksatria’ yang siap maju untuk bertempur jika bima masuk dalam gelanggang peperangan.

Miris memang, Bima ‘Sakti’ pemuda tangguh dari desa kecil pada Kerajaan Sago Ago yang sempat tidak diakui atau diterima untuk menuntut ilmu di daerahnya, namun menariknya Bima ‘Sakti’ diterima di berbagai kerajaan luar daerahnya yang jauh lebih maju dari pada kerajaan tempat tinggalnya.

Mengingat kembali lebaran umat islam yaitu hari raya Idul Fitri 1444 Hijriyah, akankah Bima ‘Sakti’ dan Kerajaan Sago Ago saling memaafkan, dan akankah para jajaran hingga ‘antek’ kerajaan dan warga hingga warganet juga saling memaafkan dan memaklumi.

Pertanyaan itu juga tiba-tiba terlontar dimalam-malam terakhir jelang Lebaran 2023 ini, sebab banyak sekali pertarungan yang terjadi mulai dari para Punggawa kerajaan, Ksatria, ‘Ratu’ yang berperan sebagai pendamping Raja hingga orang yang mengaku sebagai “Wakil” rakyat Kerajaan Sago Ago yang seolah berusaha meredam dengan merebut pertempuran yang sedang terjadi.

Ingat, Bima dalam pertempuranya berperan sebagai komando. Adanya kisah ini membuktikan bahwa karakter Bima memiliki peran tersendiri dalam peradaban di masanya, namun disini juga diharapkan bima tidak menjadi ‘wayang’ yang dimainkan sang ‘dalang’.

Penulis: A. Hanif selaku pimpinan redaksi media Reaksi